Friday, March 29, 2024

Puasa [18]

Menelusuri IG, saya sering bersirobok dengan lagu-lagu Timur Tengah. Karena sering klik untuk menikmatinya, saya pun bertanya, mengapa saya merasa nyaman.

Aha, ini soal masa kecil. Sayup-sayup, suara gambus meninabobokkan warga menuju lelap. Petikan aud dan nyanyian Arab itu magis. Apa mudik nanti ada lagi? Apa saya juga akan mendengar Lebarannya Latief M dari TOA Lok Songai? Meskipun yang terakhir berbahasa Indonesia, namun irama padang pasirnya kental.

Setiap orang memetik ingatannya. Selebihnya, ia menerima kebedaan.

 

Thursday, March 28, 2024

Puasa [17]

 

Berhenti sejenak untuk membaca koran Jawa Pos, saya tetiba merasa lungkrah. Satpam kampus memutar lagu jiwang, pas Iklim dengan Hanya Suatu Persinggahan. Salim melisankan arti, bukan erti, dan karena, bukan kerana. Ya, untuk kita, mereka menyesuaikan dengan bahasa kita. Apa pun, musik melampaui kata.
Saya suka melihat Anies dan Imin tampak tersenyum. Politik itu seni, kata Rhoma Irama. Apa pun hasilnya, negara akan berjalan ke depan. Warga akan merawat nasibnya. Umat menjalankan agamanya seperti waktu sebelumnya.

Koran menyimpan peristiwa. Kita meraih makna agar tidak mengulanginya di masa depan. Kesadaran berpikir katedral juga perlu ditimbang karena pengorbanan setiap orang untuk bangsa yang jauh lebih tangguh ditunjukkan pada apa yang dilakukan hari ini.

Wednesday, March 27, 2024

Puasa [16]

Kemarin, 15 Ramadan, adalah hari terakhir pengajian kitab ini. Para mahasiswi yang berasal dari banyak program studi pulang hari ini ke kampung halaman. Dengan kebiasaan yang dijalani di pondok, mereka tentu akan melakukannya di rumah dan musala tempat mereka tinggal, seperti berjemaah dan mengaji. 

Mereka yang belajar kesehatan, ekonomi, PBA, PBI, dan TI, dapat menyegarkan kembali amalan sehari-hari, seperti tidur, bangun, bersuci, dan bersembahyang. Al-Ghazali mengurai doa-doa yang mesti dibacakan dalam amal baik tersebut. 

Kegiatan ini bermula pada pukul 3 sore seusai mereka berjemaah asar dan berakhir pukul 4. Ada kutipan yang sering saya ulang dari karya ini, yakni al-tsamrat al-'ilm al-'amalu bih, buah dari ilmu adalah perbuatan (hlm.  21). 

Tuesday, March 26, 2024

Puasa [15]

Seorang mahasiswa sedang duduk di depan kantor. Saya pun menghampiri dan mengajaknya bicara. Rozim, asal Kotaanyar, sedang mengurus SKL (Surat Keterangan Lulus) dari program studi Hukum Keluarga. Lelaki yang mondok di gang K sedang menyiapkan lamaran untuk memenuhi lowongan di PT KAI. 

Setelah itu, kami pun ngobrol ke sana ke mari tentang pengalaman belajar di Nurul Jadid. Saya pun memintanya untuk menulis pengalamannya belajar sebagaimana saya menuliskannya di portal Alif (Baca di sini: Belajar Filsafat). Di sini, saya mengisahkan cerita tentang mengapa memilih filsafat dan keseruan belajar di kelas AF bersama teman-teman sekelas dulu.

Kita pun berharap agar banyak mahasiswa yang bisa mengabadikan pengalamannya agar catatan itu dapat dijadikan rujukan oleh generasi selanjutnya. Bacaan ringan ini melengkapi kesungguhan kaum terpelajar untuk memahami isu kesarjanaan yang jauh lebih rumit dan serius.  


 

Monday, March 25, 2024

Puasa [14]

Seusai bersembahyang di musala kampus, saya bergegas menuju ke warung Kitoz untuk memesan tempat untuk berbuka bersama. Inilah untuk pertama kalinya, kami makan di luar. 

Pegawai warung memberikan daftar menu melalui Whatsapp dan istri memilih makanan dan minuman untuk iftar nanti. Sebelum meninggalkan tempat ini, perempuan itu meminta kami untuk membayar 50 persen dari harga. Ya, nanti saya akan melunasinya sesudah pada pukul 4, sepulang dari mengisi pengajian Bidayatul Hidayah. 

Saya memesan kiwi latte, Zumi lychee punch, Bunda wedang uwuh, dan Biyya teh panas. Seraya menunggu azan, saya berkisah tentang mengelola uang yang tidak membutuhkan kepintaran pada anak-anak, sebagaimana diurai dalam buku Philosophy of Money: Sebuah Kritik untuk Buku Psychology of Money oleh Asti Musman. Kami menyukai tempat ini karena pengelola memisahkan antara kawasan merokok dan tidak merokok.


 

Sunday, March 24, 2024

Puasa [13]

 

Kemarin, Biyya mengajak saya untuk membeli ta'jil di depan Pasar Paiton melalui pesan ibunya. Lalu, saya menjawab bahwa setelah mengisi pengajian Bidayatul Hidayah, kami berdua akan meluncur ke lokasi. 

Di sini, banyak orang yang membeli aneka jajanan tradisional. Malah, ada seorang bapak dan ibu Tionghoa turut datang dan tampak dekat dekat dengan penjual. 

Di depan lapak pukis dan terang bulan, kami berdiri menunggu kue ini dibuat. Dengan merogoh Rp 5000, Biyya mendapatkan tiga terang bulan, lalu beranjak untuk mencari kudapan yang lain, seperti resoles dan pastel. Setelah itu, penyuka Harry Potter meminta untuk mampir ke Mixue yang terletak tak jauh dari bazar Ramadan. Di sini, penikmat lagu jazz ini mengantongi dua minuman teh lemon untuk dirinnya dan Zumi. Lalu, kami pulang dengan riang. 

Saturday, March 23, 2024

Puasa [12]

Masjid ini terletak tak jauh dari balai desa tempat kami KKN. Seorang #santri melaungkan zikir dgn pelantang sebelum jamaah lohor.
Arus dana masjid tercatat rapi. Pengeluaran tak banyak. Pemasukan senantiasa mengalir. Dengan datang ke sini, kita mengurus batin dan lahir melalui ibadah, infaq dan sedekah.
Setidaknya, tepekur di sini adalah fase ketiga dari hidup Aristotelian, kontemplasi, setelah melewati kesenangan dan kehormatan. Diamlah, sebab kata tak memadai. Bersuaralah agar renungan menyampai.

 

Puasa [18]

Menelusuri IG, saya sering bersirobok dengan lagu-lagu Timur Tengah. Karena sering klik untuk menikmatinya, saya pun bertanya, mengapa saya ...